Mengampuni Tanpa Putus
Masing – masing dari kita mempunyai pengalaman hidup yang tidak dapat
dipungkiri kadang mendapat tekanan dari orang lain. Sering kali,
tindakan sahabat – sahabat kita melukai perasaan, bahkan tidak tanggung –
tanggung, tidak dapat dihindari perasaan kesal yang amat mendalam
disertai emosi muncul begitu saja, sehingga sulit bagi kita untuk
mengampuni dengan setulus – tulusnya.
Dalam Injil hari ini, Yesus mengajarkan kepada kita suatu perumpamaan
bagaimana Raja dengan kebijaksanaannya mengumpulkan semua orang yang
berhutang kepadanya. Seorang hamba memiliki hutang sebesar 10 talenta
kepada Raja. Apa yang terjadi? Semula Raja hendak menjual sanak –
saudaranya (Mat 18:25) karena hamba tersebut tidak mampu melunasi
hutangnya. Sang hamba pun sujud dan meminta kepada Raja waktu baginya
untuk dapat melunaskan hutangnya suatu saat nanti. Diluar dugaan, Raja
menghentikan niatnya untuk menjual sanak – saudaranya, dan dengan belas
kasihan memberikan kepada hambanya itu untuk melunaskan hutangnya di
lain waktu. Perumpamaan ini mengajarkan bagaimana kita harus tegas
tetapi juga harus penuh dengan belas kasihan. Emosi yang bergejolak
terkadang membuat mata hati kita tertutup dan sulit mengampuni. Kita
harus mengingat kembali apa yang Yesus katakan , agar kita mengampuni
tidak hanya tujuh kali “…melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali”
(Mat 18:22).
Dalam Kitab Suci, angka “tujuh” adalah angka yang sempurna, sehingga
“tujuh puluh kali tujuh kali” mau mengajarkan bagaiman kita harus
mengampuni orang lain tanpa putus – putusnya, namun juga tegas.
Mengampuni bukan berarti membiarkan kesalahan merajarela. Melainkan
memberikan maaf setulus – tulusnya namun juga memberikan ketegasan
dengan kasih kepada mereka yang berbuat salah, sehingga kita semua dapat
saling memberikan didikan dan hikmat. Semoga, Injil hari ini memampukan
kita untuk mengampuni orang lain tanpa putus, tidak hanya memberikan
maaf di bibir, tetapi juga di hati, dengan tidak lagi bersungut – sungut
dan mengungkit-ungkit kesalahan orang lain, yang terkadang memunculkan
emosi baru dalam hidup kita, dan menghambat sukacita dalam hidup kita.
0 komentar:
Posting Komentar