Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC
1. Ayat Kitab Suci

Ketika kita atau orang-orang yang kita kasihi sedang sakit, kita bisa mendoakan Firman Allah dari Kitab Keluaran 15:26 : “….Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau”.
2. Maksud Keluaran 15:26
“….Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau” (Keluaran 15:26) menunjukkan bahwa janji Allah adalah Ia lebih ingin menyembuhkan daripada menimpakan penyakit dan kesusahan atas umat-Nya. Penyakit merupakan sebuah kepahitan. Penyakit yang tak kunjung sembuh bisa menyebabkan kelelahan dan bahkan keputusasaan. Kepahitan itu dilambangkan dengan singgahnya bangsa Israel di Mara setelah tiga hari perjalanan dari Mesir menuju ke tanah terjanji, yaitu Kanaan. Tanah itu disebut Mara karena rasa airnya pahit.
Tuhan Allah mempunyai cara untuk menolong bangsa Israel supaya mereka tidak mati kehausan. Tuhan Allah mengubah air yang pahit menjadi manis. Ia memerintahkan Musa untuk melemparkan kayu yang ditunjukkan-Nya itu ke dalam air tersebut: “Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka,” (Keluaran 15:25).
Kayu yang dilemparkan Musa itu sekarang menjadi nyata dalam salib Tuhan Yesus. Tuhan Yesus rela mati di kayu salib untuk menanggung kepahitan, termasuk segala jenis penyakit kita. Tuhan Yesus sanggup mengubah yang yang pahit menjadi manis melalu korban salib-Nya. Syaratnya adalah kita mematuhi perintah-Nya. Pendek kata, Allah akan menjadi bagi kita Yehovah Rõpekã, “Tuhanlah yang menyembuhkan engkau”, bagi kita orang yang taat kepadaNya.
Bagi kita yang taat kepada Tuhan Allah, penderitaan karena sakit merupakan kesempatan untuk lebih mendekatkan diri kepadaNya. Semakin kita sakit, kita semakin bersungguh-sungguh dalam berdoa: “Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa!” (Yakobus 5:13). Semakin kita bersungguh-sungguh di dalam doa, kita semakin yakin bahwa Allah tidak akan berubah kepada kita. Kita memiliki masa depan bersama dengan Allah, betapapun buruknya keadaan kita. Kebersamaan dengan Allah memberikan kebahagiaan kepada kita. Kebahagiaan itu tak terungkapkan dalam rangkaian kata-kata. Kebahagiaan rohani mengalahkan rasa sakit. Kalaupun Allah menunda kesembuhan kita, kita tidak akan putus asa karena kebahagiaan kekal, yang bebas dari rasa sakit, telah menjadi suatu impian kita. Bersatu dengan Allah dalam doa menjadi suatu kerinduan kita. Sembuh atau tidak sembuh secara fisik tidak akan lagi menjadi masalah bagi kita. Kita meyakini bahwa Tuhan Allah tahu yang terbaik bagi kita. Inilah kesembuhan rohani atau jiwa. Kesembuhan rohani mempengaruhi segala kehidupan. Ketika kita mengalami kesembuhan rohani, kita tidak akan lagi mengeluarkan keluhan-keluhan dan kemarahan karena sakit kita. Dengan demikian, doa-doa kita pada saat sakit menjadi pujian yang tulus kepada Allah karena membawa kita masuk ke hadirat-Nya.
Penderitaan kita sebagai sebuah pujian kepada Allah akan meluas dari diri kita menjadi pujian dari banyak orang. Semakin hari akan semakin banyak orang yang berdoa lebih tekun bagi kesembuhan kita. Semakin banyak orang berharap akan kuasa Allah bagi kita. Hasilnya mereka semakin dekat dengan Allah. Mereka semakin beriman karena mengakui kemahakuasaan-Nya. Dengan demikian, sakit kita menjadi sebuah pewartaan, yaitu membawa banyak orang kepada Tuhan dan menyandarkan hidupnya kepadaNya.
Nilai rohani yang kita dapatkan dari pergumulan dengan penyakit kita: kalau kita harus mengalami Mara, kita boleh mengharapkan penghiburan dari Elim yang akan mengikutinya “If we have to experience Marah, we may well expect that the rest and consolation of Elim will follow” (H.L. Ellison. The Daily Study Bible : Exodus. P. 86). Elim adalah suatu daerah yang mempunyai dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma: “Sesudah itu sampailah mereka di Elim; di sana ada dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma, lalu berkemahlah mereka di sana di tepi air itu (Keluaran 15:27). Dua belas dan tujuh puluh melambangkan sesuatu yang besar, sempurna, dan tak terbatas. Ketika kita menyatukan diri dengan Tuhan Allah dalam menghadapi penyakit kita, Ia akan mengubah Mara kita, kepahitan dan sakit kita, menjadi Elim, kebahagiaan yang tak terbatas.
3. Doa
Doa Kesembuhan
“….Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau” (Keluaran 15:26)
Ya, Allah, Engkaulah Penyembuhku. Aku mengangkat penyakitku (sebut penyakitnya) ke hadirat-Mu. Aku memohon kepadaMu untuk mengenyahkannya jika Engkau berkenan. Aku percaya bahwa Engkau pasti dapat menyembuhkanku karena Engkau adalah Allah yang murah hati. Aku percaya bahwa kehendak-Mu pasti terbaik bagiku. Jika Engkau tidak menyembuhkan aku sekarang seturut cara dan waktu yang aku inginkan, aku yakin bahwa Engkau akan membebaskan aku dari penderitaan akibat penyakitku ini dengan jalan lain yang dapat lebih memuliakanMu. Yang dapat aku lakukan sekarang ini berteriak seperti Nabi Yeremia: “Sembuhkanlah aku, ya TUHAN, maka aku akan sembuh; selamatkanlah aku, maka aku akan selamat, sebab Engkaulah kepujianku !” (Yeremia 17:14). Semuanya aku serahkan kepada kebijaksanaan-Mu. Amin
Catatan : Jika kita ingin berdoa bagi penyembuhan orang lain, kita tinggal mengganti kata aku seperti Ya, Allah, Engkaulah yang menyembuhkan ….. (Sebut nama). Aku mengangkat penderitaannya……
Sumber Bacaan :
1. Alfred Mcbride. Opraem. Images of Jesus : Mengalami 10 Rahasia Pribadi Yesus.Obor. Jakarta.2003.
2. Joyce Meyer. The Power of Simple Prayer. FaithWord. New York. 2013.
3. H.L. Ellison. The Daily Study Bible : Exodus. The Saint Andrew Press. Edinburgh. 1985.
4. Stormie Omaritan. Doa yang Mengubah Segala Sesuatu : Kuasa Tersembunyi Dalam Pujian. Emmanuel. Jakarta. 2006